sukses is simple

banyak dari kita mimpikan MENJADI ORANG SUKSES.......
......namun diluar dari kita, ada yang telah menjalani & melakukan PROSES MENJADI ORANG SUKSES..........

...." Sukses tetap dimulai dari satu langkah...MULAI SEKARANG"...........................

Rabu, 28 Mei 2014

SERTIFIKASI Training.....what apps

Dr.Prabowo.PB: "SERTIFIKASI Training".....what apps: Rentetan Alasan Mengapa Training Soft Skills Bermanfaat Banyak orang berpendapat bahwa, soft skill adalah motivational. Artinya seseo...

modelling

Dr.Prabowo.PB: Imagineering: Imagineering Belajar dari sebuah Kesuksesan  “You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one. I hope someday you’ll join us. And t...

Imagineering

Imagineering
Belajar dari sebuah Kesuksesan
 “You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one.
I hope someday you’ll join us. And the world will be as one.
(‘Imagine’, John Lenon)

Bisakah kita membayangkan dunia tanpa sosok Walt Disney? Mungkin kita tidak akan pernah mengenal ikon-ikon lucu seperti Mickey Mouse, Donald Bebek, Putri Salju, dan sebagainya. Yang jelas, masa kecil kita tidak lebih indah tanpa kehadiran tokoh-tokoh animasi tersebut. Dengan tokoh-tokoh itu, Disney mampu mengantarkan kita ke dunia hiburan yang sangat mempesona. Penuh impian. Bahkan, Disney menjadi salah satu raksasa bisnis dunia dengan profit $ 1,3 miliar.
Sulit membayangkan emporium bisnis itu dipelopori oleh seorang manusia rendah hati yang pernah drop out dari sekolahnya, Walt Disney. Bahkan, dalam hidupnya, Disney mengalami kebangkrutan sampai menguras uangnya selama empat kali. Membuatnya mengalami bencana keuangan dan guncangan bisnis yang cukup hebat. Namun, keajaiban terjadi. Walt Disney tidak patah arang. Ia mampu mengubah tokoh-tokoh binatang di garasi mobilnya menjadi maha bintang animasi yang luar biasa. Tikus garasi diubah menjadi Mickey Mouse yang melegenda itu. Keajaiban Disney terletak pada kemampuannya melakukan sebuah proses yang disebut Imageneering. Istilah ini dikembangkan Walt Disney pada tahun 1967. Berasal dari kombinasi dua kata, “imagination” dan “engineering.” Proses imageneering inilah yang menjadi kunci sukses Disney. Strategi kreatif inilah yang melahirkan produk-produk apik Disney. Ini menjadi urat nadi dari Research and Development (R&D) mereka.

Kunci imageneering juga terungkap oleh salah satu tokoh penting di Disney. Menurutnya, ada tiga sisi penting pada Walt Disney yang muncul ke rapat setiap hari. Ketiganya adalah Si Pemimpi (the dreamer), Si Perencana nyata (the realist), dan Si Pengkritik (the critic). “Nah, kadang, kita tidak tahu siapa yang sedang kita temui di meeting saat itu,” katanya.
Nah, bagaimana kita menggunakan jurus ampuh Walt Disney untuk kesuksesan diri dan bisnis kita? Melalui teknologi modeling dari NLP (Neuro Linguistic Programming), kita pun mampu mengaplikasikan imageneering itu dalam diri kita untuk menggapai kesuksesan. Pertama kali dikembangkan oleh Robert Dilts, proses imageneering pun bisa kita terapkan. Menurut Robert Dilts, proses ini merupakan kunci penting dalam memecahkan masalah dan mengubah mimpi-mimpi menjadi kenyataan.

Singkatnya, di dalam diri kita masing-masing, kita mampu membangunkan ketiga jiwa yang juga dimiliki Disney, yakni the dreamer, the realist, dan the critic. The dreamer merupakan jiwa kita yang penuh kreativitas, penuh mimpi dan fantasi. Jangkauan pemikirannya luas. Tidak terbatasi oleh batas-batas dan kelemahan. Imaginasi terbentang menembus batas-batas. Tengok saja lirik lagu “Imagine” yang dipopulerkan oleh penyanyi kondang John Lenon. Lirik lagi ini mengungkapkan diri seorang dreamer sejati.
Kita pun perlu membangunkan jiwa pemimpi yang memampukan kita menyongsong masa depan dengan optimis. Lalu, ada pula the realist yang merupakan bagian diri yang bertugas untuk memikirkan secara membumi, membuat rencana realistis, dan konstruktif. Inilah sang eksekutor yang akan mengubah mimpi menjadi kenyataan. Ada juga the critic dalam jiwa kita untuk mengetes dna menguji apa yang sudah direncanakan. The critic juga menciptakan berbagai skenario baru jika apa yang dipikirkan tidak berjalan dengan semestinya.
Normalnya, tidak ada orang yang mampu kuat di ketiga-tiganya. Tapi, untuk menggapai kesuksesan, kita membutuhkan ketiganya. The realist dan the critic tanpa the dreamer, akan menghasilkan “self sabotage.” Artinya, jalan di tempat lantaran tidak tahu harus melangkah ke mana atau terjebak dalam alam pikir normatif. The dreamer dan the critic tanpa the realist, menghasilkan pertentangan batin luar biasa antara impian dan kritik-kritik.  Sebaliknya, the dreamer dan the realist tanpa the critic justru akan menghasilkan rencana tanpa antisipasi. Ketiganya harus berjalan seiring.
Nah, bagaimana kita bisa menerapkan model imageneering ini untuk pencapaian cita-cita? Paling sederhana, mulailah dengan the dreamer untuk menggali hasrat inti kita yang paling dalam. Hasrat inti ini menjawab apa yang kita inginkan dan juga ide-ide yang terbersit untuk segera mewujudkannya. Salah satu pertanyaan pembantu bagi the dreamer adalah “Seandainya kamu mempunyai waktu serta sumber daya yang tak terbatas untuk mewujudkan cita-citamu, apakah ide-ide yang ingin kamu wujudkan?” Selanjutnya, setelah membuat ide-ide, langkah berikutnya adalah membuat rencana konkret. Inilah saatnya mengenakan jubah the realist. Logikanya, perlu memperhitungkan waktu, apa saja yang dibutuhkan, dan langkah-langkah merealisasikan. Langkah terakhir, mengantisipasi apa yang mungkin menjadi kendalanya.  Di sinilah, kita bisa membuat plan B atau C, seandainya yang kita pikirkan tidak terealisasikan.

Nah, dengan ketiga itu, keajaiban akan muncul dalam hidup kita. Kita akan mampu mengubah segala mimpi-mimpi menjadi kenyataan. Dunia mimpi menjadi dunia kenyataan. Dan mimpi akan kesuksesan pun berubah menjadi kesuksesan secara nyata. Namun memang tak mudah untuk mampu mengubah mimpi itu menjadi sebuah Goal Setting yang Riil. Kebanyakan kita akan kehabisan nafas dalam melakukan upaya mengubah itu. Apalagi dunia ini sarat dengan cemooh dan ejekan bahkan habit menohok kawan seiring atau cari selamat sendiri2. Semakin banyak sikap Oportunis yang merasuk sebagai virus latent, terjebak pada sebuah keuntungan pribadi yang instan,  atau enggan dalam “melawan Lupa” atas sebuah persahabatan & pertemanan, dan era “globalisasi UANG adalah SEGALANYA” telah pula merasuk dalam sumsum Indonesia yang telah kehilangan jati diri manusia santun ber-etika, sehingga untuk Ber-MIMPI pun tak bisa kita lakukan secara instan, mapping of dream pun tak mudah dilakukan......try & try....

Maka, BUKALAH MATAMU DISAAT TIDUR LELAPMU, SEHINGGA KAMU BISA MELIHAT MIMPI INDAHMU..... GET THE POWER OF DREAM


Senin, 17 Maret 2014

Dr.Prabowo.PB: The GOD Passanger

Dr.Prabowo.PB: The GOD Passanger: PARA PENUMPANG KAPAL ALLOH SWT “ when your dreams are broken in the dust and you’ve lost the will to trust … let go and let God … le...

The GOD Passanger



PARA PENUMPANG KAPAL ALLOH SWT

when your dreams are broken in the dust and you’ve lost the will to trust … let go and let God … let the signs remind you … we are passengers … let the signs remind you … to surrender … let go and let God …

Sadarilah bahwa di dunia ini kita adalah penumpang kapal milik Tuhan dan Alam Semesta … Dia-lah Nakhodanya … Perhatikan dan ikuti aba-aba Sang Nakhoda agar kita bisa tetap ikut dalam kapal Nya sampai ke tujuan dengan lebih cepat dan mudah.


Apa kabar INDONESIA ????
Bagaimana kabar Anda hari ini? Semoga sehat, semangat dan bahagia dengan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan Anda ya...

"Apakah Anda Ingin Meraih Goal Anda Lebih Cepat dan Lebih Mudah??"

"Ya tentu saja lah pak, siapa sih yang pikirannya masih normal, ingin meraih goal kalau bisa lebih lama dan lebih sulit?? gak ada lha pak"

...... masuk akal :)

Ya, saya setuju dengan jawaban Anda, yang waras pasti ingin meraih goal dengan lebih cepat dan lebih mudah.

Tetapi tahukah Anda, banyak orang malah melanggar atau tidak melakukan prinsip penting yang justru perlu dilakukan saat Anda ingin meraih Goal dengan Lebih Cepat dan Lebih Mudah.

Prinsip penting apakah itu ?


Kita tidak dapat mengubah arah angin tetapi kita dapat mengatur layar perahu ; Jangan pernah berputus asa akan takdir, .percaya pada diri anda, hargai diri anda bukan dengan keangkuhan melainkan dengan kerendahan hati, dan   rasa percaya diri yang realistik ; Berhentilah memikirkan masa lalu. jangan terus mengingat-ingatnya ; Jalani hidup anda dengan antusias. Mulailah sekarang juga!!!, berusahalah sebaik mungkin!,  Kerahkan semua daya upaya maka kehidupan anda akan berlimpahan

Teman seekor burung di udara menjatuhkan kotoran ke mataku: aku tidak menangis . aku justru gembira karena sapi tidak bisa terbang

Korek api memiliki kepala tetapi tidak memiliki otak, karenanya  setiap kali terjadi gesekan kecil, korek api itu langsung terbakar. kita memiliki kepala dan otak, oleh karena itu janganlah kita bereaksi seperti korek api, 

TERSENYUMLAH semua akan berlalu dan ingatlah kemarahan dapat berkembang menjadi bahaya untuk itu berpikirlah...kemudian tanggapi jangan bereaksi 

Tantangan adalah bagian dari kehidupan hadapi dengan hati riang, mengetahui bahwa anda akan menang dalam sebagian kesempatan, dan kalah dalam sejumlah kesempatan lainnya, akan menjadikan anda  seseorang yang lebih baik karena telah berani mencoba apapun hasilnya. Namun Apakah sebenarnya tantangan dan segenap masalahnya telah teratasi?

Untuk sementara masalah yang sebenarnya masih terpendam. 

Namun ingatlah bahwa masalah penundaan adalah seperti memasang bom waktu yang tidak diketahui kapan akan meledak.
Tantangan mereka adalah mengendurkan syarafnya untuk bisa memberikan toleransi dan mengijinkan alam semesta mendukung dan membuat keajaiban untuk dirinya.

Anda perlu menyadari bahwa kesempurnaan adalah baik tapi ketika sesuatu terjadi di luar rencana maka pasti ada hal baik juga di baliknya sehingga Anda juga perlu fleksibel.

Prinsip seperti ini yang disebut sebagai Let Go and Let God.

Saat Anda mengijinkan diri untuk Let Go and Let God maka segala sesuatu malah bisa jadi lebih baik dari yang mampu kita pikirkan.

Karena ketika Anda menggunakan logika untuk merencanakan kesempurnaan maka hal tersebut dibatasi oleh data yang tersimpan di dalam memori Anda, padahal yang namanya keajaiban dan rencana Tuhan tak pernah bisa masuk dalam logika kita.

Belum lagi ketika menggunakan logika saja untuk merancang suatu yang menuntut kesempurnaan biasanya hal itu menuntut energi ekstra untuk mempertahankan segala sesuatu agar sesuai dengan kehendak Anda. Jadi berilah ruang untuk sebuah toleransi.
…pernahkah Anda menginginkan sesuatu dan kemudian mengejarnya dengan sekuat tenaga dan mengerahkan semua kemampuan yang ada untuk meraihnya namun tak kunjung dapat. Lalu kemudian Anda berserah sambil dalam hati mengatakan 

ya sudahlah kalau tak bisa mau apa lagi, tapi kalau memang dapat ya bersyukur

Nah ketika Anda berpikir seperti itu, secara tak terduga apa yang Anda inginkan, malah datang dengan mudahnya dengan cara yang begitu mudahnya, padahal sebelumnya Anda mengerahkan berbagai upaya namun tak kunjung mendapatkannya. Pernah alami hal seperti ini?
Itulah kondisi dimana gelombang pikiran dan perasaan Anda sinkron secara koheren dan masuk ke zona “Let Go and Let God”. Pada gelombang pikiran di level ini, Anda akan takjub betapa mudah dan betapa cepat, Anda bisa meraih goal atau tujuan yang Anda inginkan.

Di dalam Core Transformation Camp,  zona itu bisa diperagakan melalui praktek. Saya akan meminta peserta melakukan sesuatu yang tidak masuk akal dengan cara masuk ke zona “Let Go and Let God” dan mereka berhasil melakukannya.
Setelah itu pengalaman tersebut dijangkarkan dalam memori sehingga bisa diulang kembali dalam kehidupan nyata. Zona ini hanya bisa dijelaskan melalui praktek sehingga bisa dirasakan langsung dan diingat secara permanen.

Dalam suatu kasus pada pasien,
Suatu pagi ia bangun dan merasakan tangannya kesemutan dan kaki kirinya sulit untuk digerakkan. Ia tahu bahwa kadar asam uratnya sudah begitu membahayakan dan mulai unjuk gigi. Ia segera berteriak memanggil anaknya untuk minta obat dan buru-buru meminumnya.

Ia sadar bahwa inilah saatnya bertindak dan bahwa Tuhan telah mengirimkan peringatan untuk dirinya untuk segera mengubah pola makan dan olahraga.

Beberapa hari kemudian saat kondisi dirinya membaik karena minum obat dan menghindari makanan tertentu ia mulai beraktivitas dan melupakan komitmennya untuk berolahraga dan mengubah pola makan.

Ia berpikir bahwa semuanya masih bisa dikendalikan. Namun tanpa ia sadari monster di dalam dirinya perlahan tapi pasti berkembang menjadi makin besar.

Apakah penundaan yang ia lakukan hanya terjadi di aspek kesehatan saja?

Ternyata tidak! Kebiasaan menunda ini benar-benar menjadi bagian karakter dirinya.

Pekerjaan kantornya seringkali harus melewati batas waktu yang ditentukan. Akibatnya adalah pekerjaan tersebut diselesaikan dengan asal-asalan karena sudah kehabisan waktu untuk dikerjakan dengan sempurna.
Atasannya sudah memeringatkannya untuk bisa mengatur waktu dengan lebih baik. Namun hebatnya pikiran bawah sadarnya masih bisa mengatakan bahwa “everything is under control”.

Itulah mekanisme pembelaan diri atau pembenaran diri. Banyak orang terjebak dalam mekanisme tersebut.
Hal itu bisa terjadi karena manusia adalah mahluk yang mudah mentoleransi dirinya sendiri. Karena terlalu mudah mentoleransi akhirnya pada suatu hari di ujung jalan ia menyadari telah melenceng dari arah yang ia rencanakan.
Banyak orang menyadari masalah setelah masalah tersebut telah menjadi besar.

Apakah Anda juga pernah merasakan hal yang sama seperti kasus seperti yang saya ceritakan di atas?
Apakah Anda juga termasuk orang yang menunda sampai segalanya menjadi parah berdarah-darah baru bertindak atau yang sebaliknya ? kita jarang berpikir tentang bagaimana pikiran kita bekerja. Biasanya kita berbicara pada diri sendiri, bila kita berpikir tentang sesuatu, dan berpikir bahwa pikiran itu memang  ada dan kemudian membiarkan itu terjadi begitu saja. 

Pada dasarnya kita mempunyai tiga bagian pikiran yang terpisah dan berbeda. Masing-masing bagian mempunyai tugas dan saling berhubungan  serta berkomunikasi antara satu dengan lainnya setiap waktu.
Bagian pertama disebut pikiran sadar. Itu pikiran kita sekarang, yang sedang aktif membaca materi ini. Dibawah  tingkatan tersebut ada pikiran bawah sadar. Dan dibawahnya lagi ada pikiran tidak sadar.  Alasan seseorang melakukan hipnoterapi  adalah memberikan pemahaman yang baru terhadap hal yang anda inginkan pada pikiran bawah sadar anda.

Pada dasarnya pikiran tidak sadar melakukan dua hal. Pertama untuk mengontrol kekuatan atau kelemahan daya tahan tubuh kita, dan yang kedua untuk mengontrol fungsi tubuh secara otomatis, seperti ; detak jantung, kedipan mata, dan hal lainnya. Kita tidak usah membicarakannya untuk saat ini, lupakan untuk sementara waktu.

Pikiran sadar telah kita gunakan sepanjang waktu. Empat bagian  pikiran sadar :
Yang pertama,  bagian yang bertugas melakukan Analisa. Maksudnya? Bagian tersebut menganalisa permasalahan yang kita hadapi, dan menentukan  solusinya. Juga merupakan bagian dari diri kita untuk membuat keputusan setiap harinya, keputusan serasa otomatis keluar dari pikiran kita tetapi sebenarnya tidak. Contohnya, ”Haruskah saya membuka pintu?” ”Haruskah saya menghidupkan air?” ”Haruskah saya mengikat tali sepatu saya?” . Kita berpikir semuanya otomatis, padahal kita sebenarnya membuat keputusan untuk melakukannya atau tidak.

Bagian  pikiran sadar yang kedua bertugas melakukan rasionalisasi. Fungsinya untuk memberi alasan mengapa kita melakukan kebiasaan tertentu. Apabila kita melakukan sesuatu tanpa alasan maka kita akan merasa cemas, gelisah, frustasi dan apabila berkepanjangan akan menyebabkan penyakit mental yang serius.
Jadi kita seharusnya mengerti bahwa alasan yang diberikan pikiran rasional kita bukanlah alasan yang  sebenarnya dan kebanyakan salah. Kebanyakan dari kita  mulai merokok bukan karena kita merasa tenang, tetapi kita membutuhkan rasa aman.

Bagian  ke tiga dari pikiran sadar bertugas untuk membangkitkan kemauan diri atau kehendak. Kita sangatlah akrab dengan istilah kekuatan kehendak atau kemauan diri.  

Kita semua  tahu kira – kira sampai kapan itu bertahan? Sampai kapan kemauan untuk diet bertahan?  Hal itu bertahan hingga kemauan diri atau kehendak kita menjadi lemah dan kebiasaan lama terulang kembali.

Bagian  terakhir dari pikiran sadar kita berfungsi sebagai tempat menyimpan  memori jangka pendek. Memori tersebut kita butuhkan setiap hari. Seperti ”bagaimana saya mengingat jalan menuju tempat kerja?, Siapa nama istri atau suami?, Siapa nama – nama anak saya? Berapa nomor telepon saya?” dan lain sebagainya, memori tersebut kita butuhkan rata- rata hampir setiap hari. Itulah  semua tentang pikiran sadar. Saya ingin anda menyadari bahwa ini semua merupakan bagian dari diri kita.  Jadi pikiran sadar kita, adalah Sangat logis dan  analitikal dan seringkali salah.


… masing2 dari kita pasti pernah mengalami satu atau lebih kejadian yang membuat kita terluka secara psikis, membuat kita lelah, membuat kita takut, membuat kita tidak berarti, membuat kita menangis, dsb. Namun hal tersebut kita pendam dengan berbagai alasan. 
Ada juga yang meledakkannya dengan marah2, berteriak, berolahraga ekstrim, dsb. Ada juga yang berkata bahwa “Waktu akan menyembuhkan” sehingga kita membiarkan emosi tersebut tinggal di dalam kita.

Tapi yang tidak kita sadari adalah, emosi tersebut kita tidak tuntaskan … dan seperti bom waktu yang ditanam, hanya tinggal tunggu waktunya saja sampai meledak. Dan pada saat meledak, biasanya kerusakan yang terjadi jauh lebih besar … Jangan sampai kita menyakiti orang lain, karena kita terlebih dahulu disakiti; Jangan sampai kita mengorbankan orang2 yang kita cintai, hanya karena kita tidak mau mengakui bahwa ada sesuatu yang harus dibereskan dalam diri saya … Mengakui anda baik2 saja, tidak berarti anda baik2 saja 

… Apa yang terlihat di permukaan hanya 12%, yang tidak terlihat adalah 88% …

Apakah ini yang Anda pilih untuk terjadi pada kehidupan Anda?
The choice is yours to make … ACTION...... so.... bukan sekedar menyadari saja …



Selasa, 10 Desember 2013

Dr.Prabowo.PB: "SERTIFIKASI Training".....what apps

Dr.Prabowo.PB: "SERTIFIKASI Training".....what apps: Rentetan Alasan Mengapa Training Soft Skills Bermanfaat Banyak orang berpendapat bahwa, soft skill adalah motivational. Artinya seseo...

"SERTIFIKASI Training".....what apps



Rentetan Alasan Mengapa Training Soft Skills Bermanfaat
Banyak orang berpendapat bahwa, soft skill adalah motivational. Artinya seseorang yang semula tidak bersemangat bekerja, kemudian disertakan ke suatu pelatihan yang dipimpin oleh seorang motivator terkenal dengan harapan dimotivasi. Dan jika Anda kebetulan menjadi peserta, Anda tentunya akan terbawa suasana dan menjadi sangat bersemangat saat itu.
Pernyataan di atas hanya benar sebagian kecil. Soft skill tidak terbatas pada kemampuan untuk termotivasi, tetapi lebih-lebih lagi merupakan keterampilan memotivasi diri. Dalam istilah Neuro-Linguistic Programming (NLP) soft skill merupakan ketrampilan menggunakan internal representational system secara tepat sehingga kita mampu berada dalam state (kondisi mental) yang tepat. Hal ini dinyatakan sangat jelas dalam kalimat presupposition of NLP “there is no unresourceful people only unresourceful state (tidak ada orang yang tidak berdaya hanya ada orang yang beroperasi dengan kondisi mental yang tidak berdaya.”
Tidak selamanya soft-skill tidak terukur, hanya saja umumnya soft skill menjadi landasan pengaplikasian hard skills. Sebagai contoh menjual sering dianggap sebagai keterampilan terukur, yaitu hasil penjualannya, misalnya sekian miliar pertahun. Namun, untuk mencapai hasil tersebut penjual mengaplikasikan soft skills di antaranya interpersonal skill dan intrapersonal skill.
Interpersonal skill adalah keterampilan seorang penjual berinteraksi dengan calon pembeli dan pelanggan, di saat yang sama ia mengaplikasikan soft skill—intrapersonal skill. Sebagai contoh bagaimana ia secara kecerdasan emosional menghadapi penolakan, bagaimana ia memompa semangatnya sendiri untuk mengetuk lebih banyak pintu, menelepon lebih banyak orang dan sebagainya. Di samping itu menjual membutuhkan keterampilan berkomunikasi dan tentu saja membangun keterampilan ini mengharuskan orang mempercayai kemampuan diri yang merupakan soft skill. Mengetahui bagaimana caranya mengoperasikan pesawat telepon merupakan satu hal namun mengetahui apa yang akan dikatakan dan cara yang tepat mengatakannya merupakan hal lainnya.
Seorang perawat tentu saja harus menguasai ilmu keperawatan dan ilmu pengobatan—misalnya. Namun bagaimana mereka dapat berkonsentrasi penuh dan membuat kinerja tindakan medis yang trampil & baik, sangat dibutuhkan soft skill seperti motivasi diri, fokus dan juga kecerdasan emosional.
Bagaimana dengan seorang supir ambulance? Tentu saja ia harus memiliki ketrampilan mengendarai mobil & mengetahui kegawatan pasien. Namun ia juga membutuh soft skill supaya ia dapat berkendara dengan baik dengan tetap memperhatikan kondisi pasien yang dibawanya, mengantarkan & mengambil/mengevakuasi pasien sampai tujuan serta termotivasi untuk terus manuver agar tetap melaju berada di jalanan yang macet. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa, soft skill adalah ketrampilan yang menjadi landasan bagi hard skill, maka tidak heran orang yang soft skill-nya tidak berkembang akan mengalami kesulitan mengembangkan hard skill-nya. Dengan demikian hampir tidak mungkin menguasai suatu keterampilan operasional tanpa memiliki soft skill.
Banyak perusahaan dan personal tidak ingin menginvestasikan uang mereka untuk membayar pelatihan soft skills. Alasan yang sering dikemukakan adalah hasil dari pelatihan soft skill tidak terukur secara nyata. Selain itu perubahan—kalau pun ada—bersifat sementara. Sebagai contoh seorang pengusaha yang menghabiskan puluhan—bahkan ratusan juta rupiah untuk training motivational, menemukan kenyataan bahwa, staf dan karyawan yang telah mengikuti pelatihan jarang atau tidak semuanya kembali ke tempat kerja dengan semangat menyala-nyala. Mereka seperti telah terjangkar dan terjebak dlam monoritmis di lokasi kerja, tidak bersemangat! Berkeluh-kesah dan tak henti-hentinya menuntut hak-haknya namun cenderung melalaikan kewajiban-kewajiban.
Jika itu pendapat Anda, saya sungguh setuju. Terutama bahwa orang bisa terjangkar atau terasosiasi secara tandem terhadap tempat kerja yang monoritmis sehingga membosankan serta memicu emosi-emosi negatif, boro-boro bersemangat. Begitu melihat meja kerja dan tumpukan pekerjaan perasaan enggan mendadak sontak muncul, semua cerita motivasi tersapu tak bersisa. Sebenarnya keadaan ini adalah sebuah alasan untuk memberikan training dan meningkatkan soft skills staf dan karyawan—menciptakan agent of change. Mengapa demikian? Tempat kerja merupakan aspek lingkungan yang tidak dapat mengubah dirinya guna menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan manusia di dalamnya. Manusialah yang dapat mengubah persepsinya atau melakukan tindakan bertujuan memengaruhi lingkungan itu. Perubahan persepsi akan memampukan orang mendisasosiasi dengan lingkungan yang memberi dampak negatif. Dengan mind set berbeda pekerjaan yang menumpuk di atas meja dapat dipersepsi ulang sebagai tantangan yang menimbulkan antusiasme untuk menuntaskannya. Training yang tepat sasaran membantu para peserta menguasai kemampuan memotivasi diri dan dengan demikian ia akan menjadi kapabel untuk terus-menerus mempersepsikan sisi-sisi positif bagi dirinya.
Pengusaha lain berpendapat lain lagi, seseorang yang bersusah-payah mendapatkan pekerjaan seharusnya selalu termotivasi untuk bekerja keras dan cerdas serta siap seratus persen untuk menjalankan tugas dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Tidak perlu lagi ditraining, apalagi soft skill yang hasilnya tidak terukur.
Betul sekali. Orang yang berani melamar suatu pekerjaan harus konsisten dengan apa yang pernah dikatakannya pada saat interview bahwa, ia telah memiliki kapabilitas menjalankan pekerjaan yang ditawarkan kepadanya. Tetapi pada umumnya yang dimaksud kapabilitas atau kecakapan adalah keterampilan operasional. Supaya dapat terus-menerus berkinerja maksimal di bidangnya, orang tidak hanya membutuhkan hard skills, tetapi juga perlu meningkatkan kapabilitas kecerdasan emosional dan spiritualnya. Maka ini menjadi suatu alasan  pentingnya pelatihan soft skills, yakni meningkatkan kecerdasan emosional dan spritual. Peningkatan ini akan membawa dampak positif baginya untuk meningkatkan kinerja kerja. Pada gilirannya tentu saja karyawan tersebut membawa dampak positif pula bagi perusahaan.
Tidak jarang para pengusaha mengatakan, “Hei, aku sudah menjalankan perusahaan ini selama puluhan tahun, dan aku tidak pernah memerlukan pelatihan komunikasi, motivasi, negosiasi atau si-si lainnya. Kalau ada pegawai yang tidak kompeten ya dikeluarkan saja dan cari lagi. Di luar sana banyak yang nganggur!” Emang gua pikirin hal soft skill....????
Apa yang dikemukakan golongan pengusaha ini tak terbantahkan kebenarannya. Namun dengan tidak mengembangkan interpersonal dan intrapersonal staf dan karyawan, mereka memiliki kerugian-kerugian di antaranya adalah:
a)      Perusahaan berjalan di tempat dan tidak pernah mencapai puncaknya disebabkan orang-orang yang bekerja di dalamnya juga berjalan di tempat.
b)     Selain itu ongkos yang dikeluarkan untuk memecat dan merekrut bisa mencekik leher.
c)      Praktek ini juga menguras tenaga dan pikiran serta emosi yang tidak sedikit.
d)     Kerugian terbesar yang dapat ditimbulkan cara pandang dan praktek ini adalah karyawan bintang akan “pergi dengan suka-rela” sementara yang dead wood (kartu mati) akan bertahan.
e)     Jarang ada rekruit baru berkembang sebab mereka diceburkan ke dalam lingkungan kerja yang tidak sehat. Akhirnya lingkaran setan terulang lagi, yang berprestasi akan pergi dan yang ‘memble’ bertahan. Maka di sinilah alasan ketiga mengapa pelatihan soft skills perlu diberikan kepada para karyawan bintang agar mereka betah sebab merasa menemukan tempat bertumbuh-kembang dan dibantu untuk menggali potensi diri semaksimal mungkin.
Kelompok pengusaha lain akan menyanggah pendapat di atas dan mengatakan biasanya karyawan itu kalau sudah diberi training-training dan dibina akan “terbang” ke perusahaan lain yang menawarkan gaji dan remunerasi lebih baik. Tetapi bukankah ini alasan keempat mengapa pelatihan soft skills perlu diberikan sebab membantu proses penyeleksian? Staf atau karyawan yang tidak loyal pasti akan pergi cepat atau lambat. Tentunya semakin cepat mereka pergi semakin baik, sebab memberi perusahaan kesempatan mendapatkan loyalist sejati. Selain itu juga memberikan alasan lain pentingnya pelatihan soft skills yaitu direksi atau manajemen akan mendapatkan feedback bahwa, perusahaan belum menjadi perusahaan yang diincar atau mendapatkan karyawan berkinerja tinggi, masih dibutuhkan peningkatan sehingga karyawan bintang dapat dipertahankan.
Alasan berikutnya adalah mengapa training soft skills diperlukan adalah banyaknya keluhan bahwa, perusahaan—baik manajemen maupun karyawan overload dan tidak memiliki waktu untuk rekreasi apalagi training. Kan cape setelah bekerja lembur setiap hari dari Senin hingga Jumat, Sabtu masih harus mengikuti training? Rekreasi saja lebih enjoy ! Overload menandakan manajemen waktu—sebetulnya manajemen aktivitas, pendelegasian tugas—yang tidak efektif sedang berlangsung di perusahaan. Semua orang, mulai dari jenjang paling tinggi hingga OB merasa kekurangan waktu dan dibebani tugas yang terlalu banyak. Akibatnya hampir setiap orang mengalami burn-out, berkeluh-kesah, cepat tersinggung dan tidak peduli pada kepentingan orang lain.
Alasan klise lain yang dikemukakan untuk tidak memberikan kesempatan kepada staf dan karyawan mengembangkan diri adalah: TIDAK ADA BUDGET! TIDAK ADA DANA! Bukan hanya tidak rela mengeluarkan dana untuk training, bahkan banyak perusahaan berusaha menghindari menyertakan karyawannya dalam program Jamsostek dan dana pensiun. Sungguh pernyataan di atas—TIDAK ADA BUDGET/DANA—tidak jarang terdengar. Namun perusahaan yang memahami dan serius dengan semboyan “karyawan adalah aset yang berharga”, pasti mencadangkan sejumlah dana untuk training. Jadi alasan keenam pentingnya pelatihan soft skill disebabkan karyawan adalah aset perusahaan yang sangat penting.
Setelah keenam alasan di atas, manajemen masih dipersulit oleh kenyataan terlalu banyaknya lembaga atau perorangan yang menawarkan training; mulai dari motivational hingga out-bound training. Selain bingung memilihnya juga banyak yang ternyata kurang kompeten. Tetapi inilah suatu alasan juga untuk membelanjakan uang perusahaan dan sangat mudah sebenarnya memilih training yang bermutu dengan harga terjangkau. Banyaknya lembaga atau perorang yang menawarkan training justru membuka kesempatan bagi dunia usaha untuk memilih yang terbaik di antaranya. Namun bagaimana caranya? Inilah beberapa saran memilih trainer yang bermutu.
1. Trainer berpengalaman di bidang manajemen dan kepemimpinan. Pengalaman demikian diperoleh melalui bekerja berpuluh tahun di perusahaan dan industri berbeda. Pengalaman yang luas memampukan seorang trainer memberikan materi yang tepat guna dan tetap sasaran. Apapun pertanyaan di seputar manejemen sumber daya manusia, interaksi yang melibatkan penggunaan soft skill dapat dijawabnya dengan baik.
2. Pendidikan yang cukup berarti trainer dan tim trainer paling tidak lulus S1 dan lebih baik lagi lulus S2 dan S3. Latar-belakang pendidikan mungkin tidak berhubungan dengan bidang pelatihan soft skill yang diberikannya, namun pendidikan di perguruan tinggi membuat orang dapat berpikir konseptual lebih baik daripada yang tidak. Tingkat pendidikan tentu saja tidak membuat orang berbeda secara harkat dan martabat, tetapi seorang trainer atau pelatih tidak cukup bermartabat saja ia juga harus kapabel berpikir dan mengajarkan hal-hal yang konseptual.
3. Kredibilitas seorang trainer. Apakah trainer atau lembaga training memiliki kredibilitas yang dapat dipercaya? Trainer yang kredibilitas selalu memberikan lebih daripada yang diharapkan, ia tidak akan memangkas materi dan jam pelatihan serta tidak menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
4. Integrasi; artinya trainer atau lembaga training tersebut melakukan apa yang dikatakannya, memberikan pelatihan yang tepat sasaran buat perusahaan bukan sekedar menyampaikan materi yang dikuasainya—kadang-kadang hanya diketahui—saja.
5. Terjangkau; memang ada harga ada rupa, trainer berpengalaman dan telah memiliki reputasi baik mengenakan fee yang lebih tinggi, tetapi trainer yang baik mengenakan fee yang sepantasnya, mungkin saja perusahaan mengeluarkan uang yang banyak, tetapi mendapatkan nilai-nilai manfaat dan nilai tambah lebih besar lagi.
6. Menguasai bidang pengembangan sumber daya manusia seperti kecerdasan emosional. Tujuh tahun terakhir ini banyak sekali trainer yang mengaku dirinya menguasai Neuro-Linguistic Programming, hipnosis dan segala teknik berbau new age dan menawarkannya kepada dunia usaha, namun manajemen terutama yang mendapat tugas mencari trainer atau memilih program training perlu hati-hati. NLP merupakan bidang pengembangan diri yang luas cakupannya tidak cukup diketahui dan dijadikan bahan training singkat. Demikian pula hipnosis yang hanya dipelajari sehari dua hari tidak tepat digunakan untuk mengajari orang lain. Bagaimanapun trainer merupakan orang luar yang tidak memahami perusahaan Anda sebaik diri Anda, jadi lakukan interview sebelum mengontrak seseorang untuk pekerjaan penting.
7. Trainer yang melakukan riset dan menulis buku. Tentang hal inipun Anda harus jeli, sebab banyak sekali orang menulis buku dan hal ini tidak secara otomatis menunjukkan kompetensinya. Bukan hal mustahil menulis buku dari kopas berbagai sumber, dan tentu saja orang juga dapat membayar orang lain untuk melakukannya.
8.Seringkali user terjebak dengan alur birokratis hal trainer & lembaga training, padahal telah jelas regulasi yang mengaturnya, bahwa kecuali taining yang dianggap kategori kompetensi, maka sebenarnya tak ada regulasi yang mengatur jelas, bahkan banyak sertifikasi yang sebenarnya secara internasional diakui, di negeri “rayuan pulau kelapa” tercinta ini justru tidak diakui.
9.Akhirnya banyak para profesional yang terjebak mencari sekedar selembar kertas yang penuh dengan konversi satuan kredit profesi (SKP) agar menjadi “gagah & berwibawa” khususnya menjadi seorang “pegawai negeri” layaknya amtenar para mandor di jaman kolonial, namun rapuh dalam muatan substansi hard skill, apalagi soft skill.
Kalimat “sertifikasi” menjadi gagah dan hingar bingar arogan, namun hanya berakhir dengan selembar sertifikat, ibarat investasi itu adalah membeli selembar kertas yang penuh cap dan tanda tangan para “pejabat papan atas”, namun rapuh dalam substansi ilmu yang tandem.
Tentunya banyak lagi kriteria-kriteria seorang trainer yang baik. Sangat dianjurkan sebelum mengundang seseorang lebih baik melakukan pertemuan tatap-muka. Bicarakan keinginan dan kebutuhan perusahaan lalu amati dengan cermat apakah orang atau tim tersebut mampu memenuhinya. Amati pula apakah mereka hanya membicarakan apa yang mereka ketahui atau menawarkan solusi-solusi yang tepat.
Kita seharusnya menjadi sedih ketika negeri ini bermental “pengemis” yaitu masyarakat yang enggan bekerja keras, namun ingin secara instan mendapatkan bertumpuk-tumpuk RUPIAH. Kategori pengemis adalah mulai dari asongan di perempatan lampu merah, stasiun, terminal bis, atau sudah punya warung kaki lima di pasar serta beberapa pusat keramaian, bahkan sampai di tataran yang memiliki kantor bergengsi dengan stelan jas dan berdasi, bahkan memiliki label “pejabat”, namun akhirnya semua akan kena batunya, tinggal berbeda dalam instansi yang akan menggiring dan mencekik lehernya. Kalau klas asongan ya dibawah depsos yang membina, klas kaki lima ditambah bantuan satpol yang menertibkan, kalau kelas yang berkantor, maka KPK yang menjadi algojo akhir. Hal ini dilatih dengan gaya ikut pelatihan namun hanya berharap selembar sertifikat agar dikatakan telah tersertifikasi.....
Nah.... Soft skill is never die... disitulah muncul serta nampak perannya...