Dr.Prabowo.PB
sukses is simple
banyak dari kita mimpikan MENJADI ORANG SUKSES.......
......namun diluar dari kita, ada yang telah menjalani & melakukan PROSES MENJADI ORANG SUKSES..........
...." Sukses tetap dimulai dari satu langkah...MULAI SEKARANG"...........................
......namun diluar dari kita, ada yang telah menjalani & melakukan PROSES MENJADI ORANG SUKSES..........
...." Sukses tetap dimulai dari satu langkah...MULAI SEKARANG"...........................
Rabu, 28 Mei 2014
SERTIFIKASI Training.....what apps
Dr.Prabowo.PB: "SERTIFIKASI Training".....what apps: Rentetan Alasan Mengapa Training Soft Skills Bermanfaat Banyak orang berpendapat bahwa, soft skill adalah motivational. Artinya seseo...
modelling
Dr.Prabowo.PB: Imagineering: Imagineering Belajar dari sebuah Kesuksesan “You may say I’m a dreamer, but I’m not the only one. I hope someday you’ll join us. And t...
Imagineering
Imagineering
Belajar dari sebuah Kesuksesan
“You may say I’m a dreamer, but I’m not the
only one.
I hope someday you’ll join us. And the world will be as one.
(‘Imagine’, John Lenon)
I hope someday you’ll join us. And the world will be as one.
(‘Imagine’, John Lenon)
Bisakah kita membayangkan dunia tanpa sosok Walt
Disney? Mungkin kita tidak akan pernah mengenal ikon-ikon lucu seperti Mickey
Mouse, Donald Bebek, Putri Salju, dan sebagainya. Yang jelas, masa kecil kita
tidak lebih indah tanpa kehadiran tokoh-tokoh animasi tersebut. Dengan
tokoh-tokoh itu, Disney mampu mengantarkan kita ke dunia hiburan yang sangat
mempesona. Penuh impian. Bahkan, Disney menjadi salah satu raksasa bisnis dunia
dengan profit $ 1,3 miliar.
Sulit membayangkan emporium bisnis itu dipelopori oleh
seorang manusia rendah hati yang pernah drop out dari sekolahnya, Walt Disney.
Bahkan, dalam hidupnya, Disney mengalami kebangkrutan sampai menguras uangnya
selama empat kali. Membuatnya mengalami bencana keuangan dan guncangan bisnis
yang cukup hebat. Namun, keajaiban terjadi. Walt Disney tidak patah arang. Ia
mampu mengubah tokoh-tokoh binatang di garasi mobilnya menjadi maha bintang
animasi yang luar biasa. Tikus garasi diubah menjadi Mickey Mouse yang
melegenda itu. Keajaiban Disney terletak pada kemampuannya melakukan sebuah
proses yang disebut Imageneering. Istilah ini dikembangkan Walt Disney pada
tahun 1967. Berasal dari kombinasi dua kata, “imagination” dan “engineering.”
Proses imageneering inilah yang menjadi kunci sukses Disney. Strategi kreatif
inilah yang melahirkan produk-produk apik Disney. Ini menjadi urat nadi dari
Research and Development (R&D) mereka.
Kunci imageneering juga terungkap oleh salah satu
tokoh penting di Disney. Menurutnya, ada tiga sisi penting pada Walt Disney
yang muncul ke rapat setiap hari. Ketiganya adalah Si Pemimpi (the dreamer), Si
Perencana nyata (the realist), dan Si Pengkritik (the critic). “Nah, kadang,
kita tidak tahu siapa yang sedang kita temui di meeting saat itu,” katanya.
Nah, bagaimana kita menggunakan jurus ampuh Walt
Disney untuk kesuksesan diri dan bisnis kita? Melalui teknologi modeling dari
NLP (Neuro Linguistic Programming), kita pun mampu mengaplikasikan imageneering
itu dalam diri kita untuk menggapai kesuksesan. Pertama kali dikembangkan oleh
Robert Dilts, proses imageneering pun bisa kita terapkan. Menurut Robert Dilts,
proses ini merupakan kunci penting dalam memecahkan masalah dan mengubah
mimpi-mimpi menjadi kenyataan.
Singkatnya, di dalam diri kita masing-masing, kita
mampu membangunkan ketiga jiwa yang juga dimiliki Disney, yakni the dreamer,
the realist, dan the critic. The dreamer merupakan jiwa kita yang penuh
kreativitas, penuh mimpi dan fantasi. Jangkauan pemikirannya luas. Tidak
terbatasi oleh batas-batas dan kelemahan. Imaginasi terbentang menembus
batas-batas. Tengok saja lirik lagu “Imagine” yang dipopulerkan oleh penyanyi
kondang John Lenon. Lirik lagi ini mengungkapkan diri seorang dreamer sejati.
Kita pun perlu membangunkan jiwa pemimpi yang
memampukan kita menyongsong masa depan dengan optimis. Lalu, ada pula the
realist yang merupakan bagian diri yang bertugas untuk memikirkan secara
membumi, membuat rencana realistis, dan konstruktif. Inilah sang eksekutor yang
akan mengubah mimpi menjadi kenyataan. Ada juga the critic dalam jiwa kita
untuk mengetes dna menguji apa yang sudah direncanakan. The critic juga
menciptakan berbagai skenario baru jika apa yang dipikirkan tidak berjalan
dengan semestinya.
Normalnya, tidak ada orang yang mampu kuat di
ketiga-tiganya. Tapi, untuk menggapai kesuksesan, kita membutuhkan ketiganya.
The realist dan the critic tanpa the dreamer, akan menghasilkan “self
sabotage.” Artinya, jalan di tempat lantaran tidak tahu harus melangkah ke mana
atau terjebak dalam alam pikir normatif. The dreamer dan the critic tanpa the
realist, menghasilkan pertentangan batin luar biasa antara impian dan
kritik-kritik. Sebaliknya, the dreamer dan the realist tanpa the critic
justru akan menghasilkan rencana tanpa antisipasi. Ketiganya harus berjalan
seiring.
Nah, bagaimana kita bisa menerapkan model imageneering
ini untuk pencapaian cita-cita? Paling sederhana, mulailah dengan the dreamer
untuk menggali hasrat inti kita yang paling dalam. Hasrat inti ini menjawab apa
yang kita inginkan dan juga ide-ide yang terbersit untuk segera mewujudkannya.
Salah satu pertanyaan pembantu bagi the dreamer adalah “Seandainya kamu
mempunyai waktu serta sumber daya yang tak terbatas untuk mewujudkan
cita-citamu, apakah ide-ide yang ingin kamu wujudkan?” Selanjutnya, setelah
membuat ide-ide, langkah berikutnya adalah membuat rencana konkret. Inilah
saatnya mengenakan jubah the realist. Logikanya, perlu memperhitungkan waktu,
apa saja yang dibutuhkan, dan langkah-langkah merealisasikan. Langkah terakhir,
mengantisipasi apa yang mungkin menjadi kendalanya. Di sinilah, kita bisa
membuat plan B atau C, seandainya yang kita pikirkan tidak terealisasikan.
Nah, dengan ketiga itu, keajaiban akan muncul dalam
hidup kita. Kita akan mampu mengubah segala mimpi-mimpi menjadi kenyataan.
Dunia mimpi menjadi dunia kenyataan. Dan mimpi akan kesuksesan pun berubah
menjadi kesuksesan secara nyata. Namun memang tak mudah untuk mampu mengubah
mimpi itu menjadi sebuah Goal Setting yang Riil. Kebanyakan kita akan kehabisan
nafas dalam melakukan upaya mengubah itu. Apalagi dunia ini sarat dengan cemooh
dan ejekan bahkan habit menohok kawan seiring atau cari selamat sendiri2.
Semakin banyak sikap Oportunis yang merasuk sebagai virus latent, terjebak pada
sebuah keuntungan pribadi yang instan, atau enggan dalam “melawan Lupa” atas sebuah
persahabatan & pertemanan, dan era “globalisasi UANG adalah SEGALANYA”
telah pula merasuk dalam sumsum Indonesia yang telah kehilangan jati diri
manusia santun ber-etika, sehingga untuk Ber-MIMPI pun tak bisa kita lakukan
secara instan, mapping of dream pun tak mudah dilakukan......try & try....
Senin, 17 Maret 2014
Dr.Prabowo.PB: The GOD Passanger
Dr.Prabowo.PB: The GOD Passanger: PARA PENUMPANG KAPAL ALLOH SWT “ when your dreams are broken in the dust and you’ve lost the will to trust … let go and let God … le...
The GOD Passanger
PARA PENUMPANG KAPAL ALLOH SWT
Sadarilah bahwa di dunia ini kita adalah penumpang kapal milik Tuhan dan Alam Semesta … Dia-lah Nakhodanya … Perhatikan dan ikuti aba-aba Sang Nakhoda agar kita bisa tetap ikut dalam kapal Nya sampai ke tujuan dengan lebih cepat dan mudah.
Apa kabar INDONESIA ????
Bagaimana kabar Anda hari ini? Semoga sehat, semangat dan bahagia dengan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan Anda ya...
Bagaimana kabar Anda hari ini? Semoga sehat, semangat dan bahagia dengan segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan Anda ya...
"Apakah Anda Ingin Meraih Goal Anda Lebih Cepat dan Lebih Mudah??"
"Ya tentu saja lah pak, siapa sih yang pikirannya masih normal, ingin
meraih goal kalau bisa lebih lama dan lebih sulit?? gak ada lha pak"
...... masuk akal :)
Ya, saya setuju dengan jawaban Anda, yang waras pasti ingin meraih goal dengan lebih cepat dan lebih mudah.
Tetapi tahukah Anda, banyak orang malah melanggar atau tidak melakukan prinsip penting yang justru perlu dilakukan saat Anda ingin meraih Goal dengan Lebih Cepat dan Lebih Mudah.
Prinsip penting apakah itu ?
Kita tidak dapat
mengubah arah angin tetapi kita dapat mengatur layar perahu ; Jangan pernah
berputus asa akan takdir, .percaya pada diri anda, hargai diri anda bukan
dengan keangkuhan melainkan dengan kerendahan hati, dan rasa percaya
diri yang realistik ; Berhentilah memikirkan masa lalu. jangan terus
mengingat-ingatnya ; Jalani hidup anda dengan antusias. Mulailah sekarang
juga!!!, berusahalah sebaik mungkin!, Kerahkan semua daya upaya maka
kehidupan anda akan berlimpahan
Teman seekor burung di udara
menjatuhkan kotoran ke mataku: aku tidak menangis . aku justru gembira karena
sapi tidak bisa terbang
Korek api memiliki
kepala tetapi tidak memiliki otak, karenanya setiap kali terjadi gesekan
kecil, korek api itu langsung terbakar. kita memiliki kepala dan otak, oleh
karena itu janganlah kita bereaksi seperti korek api,
TERSENYUMLAH semua akan berlalu dan ingatlah kemarahan dapat berkembang menjadi bahaya untuk itu berpikirlah...kemudian tanggapi jangan bereaksi
TERSENYUMLAH semua akan berlalu dan ingatlah kemarahan dapat berkembang menjadi bahaya untuk itu berpikirlah...kemudian tanggapi jangan bereaksi
Tantangan adalah bagian dari kehidupan hadapi dengan hati riang, mengetahui bahwa anda akan menang dalam sebagian kesempatan, dan kalah dalam sejumlah kesempatan lainnya, akan menjadikan anda seseorang yang lebih baik karena telah berani mencoba apapun hasilnya. Namun Apakah sebenarnya tantangan dan segenap masalahnya telah teratasi?
Untuk sementara masalah yang sebenarnya masih terpendam.
Namun ingatlah bahwa masalah penundaan adalah seperti memasang bom waktu yang tidak diketahui kapan akan meledak.
Tantangan mereka adalah mengendurkan
syarafnya untuk bisa memberikan toleransi dan mengijinkan alam semesta
mendukung dan membuat keajaiban untuk dirinya.
Anda perlu menyadari bahwa kesempurnaan adalah baik tapi ketika sesuatu terjadi di luar rencana maka pasti ada hal baik juga di baliknya sehingga Anda juga perlu fleksibel.
Prinsip seperti ini yang disebut sebagai Let Go and Let God.
Saat Anda mengijinkan diri untuk Let Go and Let God maka segala sesuatu malah bisa jadi lebih baik dari yang mampu kita pikirkan.
Karena ketika Anda menggunakan logika untuk merencanakan kesempurnaan maka hal tersebut dibatasi oleh data yang tersimpan di dalam memori Anda, padahal yang namanya keajaiban dan rencana Tuhan tak pernah bisa masuk dalam logika kita.
Belum lagi ketika menggunakan logika saja untuk merancang suatu yang menuntut kesempurnaan biasanya hal itu menuntut energi ekstra untuk mempertahankan segala sesuatu agar sesuai dengan kehendak Anda. Jadi berilah ruang untuk sebuah toleransi.
…pernahkah Anda menginginkan sesuatu dan kemudian mengejarnya dengan sekuat
tenaga dan mengerahkan semua kemampuan yang ada untuk meraihnya namun tak
kunjung dapat. Lalu kemudian Anda berserah sambil dalam hati
mengatakan
“ya sudahlah kalau tak bisa mau apa lagi, tapi kalau memang dapat ya bersyukur”
Nah ketika Anda berpikir seperti itu, secara tak terduga apa yang Anda inginkan, malah datang dengan mudahnya dengan cara yang begitu mudahnya, padahal sebelumnya Anda mengerahkan berbagai upaya namun tak kunjung mendapatkannya. Pernah alami hal seperti ini?
Itulah kondisi dimana gelombang pikiran dan
perasaan Anda sinkron secara koheren dan masuk ke zona “Let Go and Let God”. Pada gelombang pikiran
di level ini, Anda akan takjub betapa mudah dan betapa cepat, Anda bisa meraih
goal atau tujuan yang Anda inginkan.
Di dalam Core Transformation Camp, zona itu bisa diperagakan melalui praktek. Saya akan meminta peserta melakukan sesuatu yang tidak masuk akal dengan cara masuk ke zona “Let Go and Let God” dan mereka berhasil melakukannya.
Setelah itu pengalaman tersebut dijangkarkan
dalam memori sehingga bisa diulang kembali dalam kehidupan nyata. Zona ini
hanya bisa dijelaskan melalui praktek sehingga bisa dirasakan langsung dan
diingat secara permanen.
Dalam suatu kasus pada pasien,
Suatu pagi ia bangun dan merasakan tangannya kesemutan dan kaki kirinya sulit untuk digerakkan. Ia tahu bahwa kadar asam uratnya sudah begitu membahayakan dan mulai unjuk gigi. Ia segera berteriak memanggil anaknya untuk minta obat dan buru-buru meminumnya.
Ia sadar bahwa inilah saatnya bertindak dan bahwa Tuhan telah mengirimkan peringatan untuk dirinya untuk segera mengubah pola makan dan olahraga.
Beberapa hari kemudian saat kondisi dirinya membaik karena minum obat dan menghindari makanan tertentu ia mulai beraktivitas dan melupakan komitmennya untuk berolahraga dan mengubah pola makan.
Ia berpikir bahwa semuanya masih bisa dikendalikan. Namun tanpa ia sadari monster di dalam dirinya perlahan tapi pasti berkembang menjadi makin besar.
Apakah penundaan yang ia lakukan hanya terjadi di aspek kesehatan saja?
Ternyata tidak! Kebiasaan menunda ini benar-benar menjadi bagian karakter dirinya.
Pekerjaan kantornya seringkali harus melewati batas waktu yang ditentukan. Akibatnya adalah pekerjaan tersebut diselesaikan dengan asal-asalan karena sudah kehabisan waktu untuk dikerjakan dengan sempurna.
Atasannya sudah memeringatkannya untuk bisa
mengatur waktu dengan lebih baik. Namun hebatnya pikiran bawah sadarnya masih
bisa mengatakan bahwa “everything is under control”.
Itulah mekanisme pembelaan diri atau pembenaran diri. Banyak orang terjebak dalam mekanisme tersebut.
Hal itu bisa terjadi karena manusia adalah
mahluk yang mudah mentoleransi dirinya sendiri. Karena terlalu mudah
mentoleransi akhirnya pada suatu hari di ujung jalan ia menyadari telah
melenceng dari arah yang ia rencanakan.
Banyak orang menyadari masalah setelah
masalah tersebut telah menjadi besar.
Apakah Anda juga pernah merasakan hal yang sama seperti kasus seperti yang saya ceritakan di atas?
Apakah Anda juga termasuk orang yang menunda
sampai segalanya menjadi parah berdarah-darah baru bertindak atau yang
sebaliknya ? kita jarang berpikir tentang bagaimana pikiran kita bekerja.
Biasanya kita berbicara pada diri sendiri, bila kita berpikir tentang sesuatu,
dan berpikir bahwa pikiran itu memang ada dan kemudian membiarkan itu
terjadi begitu saja.
Pada dasarnya kita mempunyai tiga bagian pikiran yang terpisah dan berbeda. Masing-masing bagian mempunyai tugas dan saling berhubungan serta berkomunikasi antara satu dengan lainnya setiap waktu.
Pada dasarnya kita mempunyai tiga bagian pikiran yang terpisah dan berbeda. Masing-masing bagian mempunyai tugas dan saling berhubungan serta berkomunikasi antara satu dengan lainnya setiap waktu.
Bagian pertama disebut pikiran sadar. Itu pikiran kita
sekarang, yang sedang aktif membaca materi ini. Dibawah tingkatan tersebut
ada pikiran bawah sadar.
Dan dibawahnya lagi ada pikiran
tidak sadar. Alasan seseorang melakukan hipnoterapi
adalah memberikan pemahaman yang baru terhadap hal yang anda inginkan pada
pikiran bawah sadar anda.
Pada dasarnya pikiran tidak sadar melakukan dua hal. Pertama untuk mengontrol kekuatan atau kelemahan daya tahan tubuh kita, dan yang kedua untuk mengontrol fungsi tubuh secara otomatis, seperti ; detak jantung, kedipan mata, dan hal lainnya. Kita tidak usah membicarakannya untuk saat ini, lupakan untuk sementara waktu.
Pikiran sadar telah kita gunakan sepanjang waktu. Empat bagian pikiran sadar :
Yang pertama, bagian yang bertugas
melakukan Analisa.
Maksudnya? Bagian tersebut menganalisa permasalahan yang kita hadapi, dan
menentukan solusinya. Juga merupakan bagian dari diri kita untuk membuat
keputusan setiap harinya, keputusan serasa otomatis keluar dari pikiran kita
tetapi sebenarnya tidak. Contohnya, ”Haruskah saya membuka pintu?” ”Haruskah
saya menghidupkan air?” ”Haruskah saya mengikat tali sepatu saya?” . Kita
berpikir semuanya otomatis, padahal kita sebenarnya membuat keputusan untuk
melakukannya atau tidak.
Bagian pikiran sadar yang kedua bertugas melakukan rasionalisasi. Fungsinya untuk memberi alasan mengapa kita melakukan kebiasaan tertentu. Apabila kita melakukan sesuatu tanpa alasan maka kita akan merasa cemas, gelisah, frustasi dan apabila berkepanjangan akan menyebabkan penyakit mental yang serius.
Jadi kita seharusnya mengerti bahwa alasan
yang diberikan pikiran rasional kita bukanlah alasan yang sebenarnya dan
kebanyakan salah. Kebanyakan dari kita mulai merokok bukan karena kita
merasa tenang, tetapi kita membutuhkan rasa aman.
Bagian ke tiga dari pikiran sadar bertugas untuk membangkitkan kemauan diri atau kehendak. Kita sangatlah akrab dengan istilah kekuatan kehendak atau kemauan diri.
Kita semua tahu kira – kira sampai kapan itu bertahan? Sampai kapan kemauan untuk diet bertahan? Hal itu bertahan hingga kemauan diri atau kehendak kita menjadi lemah dan kebiasaan lama terulang kembali.
Bagian terakhir dari pikiran sadar kita berfungsi sebagai tempat menyimpan memori jangka pendek. Memori tersebut kita butuhkan setiap hari. Seperti ”bagaimana saya mengingat jalan menuju tempat kerja?, Siapa nama istri atau suami?, Siapa nama – nama anak saya? Berapa nomor telepon saya?” dan lain sebagainya, memori tersebut kita butuhkan rata- rata hampir setiap hari. Itulah semua tentang pikiran sadar. Saya ingin anda menyadari bahwa ini semua merupakan bagian dari diri kita. Jadi pikiran sadar kita, adalah Sangat logis dan analitikal dan seringkali salah.
… masing2
dari kita pasti pernah mengalami satu atau lebih kejadian yang membuat kita
terluka secara psikis, membuat kita lelah, membuat kita takut, membuat kita
tidak berarti, membuat kita menangis, dsb. Namun hal tersebut kita pendam
dengan berbagai alasan.
Ada juga yang
meledakkannya dengan marah2, berteriak, berolahraga ekstrim, dsb. Ada juga yang
berkata bahwa “Waktu akan menyembuhkan” sehingga kita membiarkan emosi tersebut
tinggal di dalam kita.
Tapi yang tidak kita sadari adalah, emosi
tersebut kita tidak tuntaskan … dan seperti bom waktu yang ditanam, hanya
tinggal tunggu waktunya saja sampai meledak. Dan pada saat meledak, biasanya
kerusakan yang terjadi jauh lebih besar … Jangan sampai kita menyakiti orang
lain, karena kita terlebih dahulu disakiti; Jangan sampai kita mengorbankan
orang2 yang kita cintai, hanya karena kita tidak mau mengakui bahwa ada sesuatu
yang harus dibereskan dalam diri saya … Mengakui anda baik2 saja, tidak berarti
anda baik2 saja
… Apa yang terlihat di permukaan hanya 12%, yang tidak terlihat
adalah 88% …
Apakah ini yang Anda pilih untuk terjadi pada kehidupan Anda?
The choice is yours to make … ACTION...... so.... bukan sekedar menyadari saja …
Selasa, 10 Desember 2013
Dr.Prabowo.PB: "SERTIFIKASI Training".....what apps
Dr.Prabowo.PB: "SERTIFIKASI Training".....what apps: Rentetan Alasan Mengapa Training Soft Skills Bermanfaat Banyak orang berpendapat bahwa, soft skill adalah motivational. Artinya seseo...
"SERTIFIKASI Training".....what apps
Rentetan Alasan Mengapa Training Soft Skills
Bermanfaat
Banyak orang
berpendapat bahwa, soft skill adalah motivational. Artinya seseorang yang
semula tidak bersemangat bekerja, kemudian disertakan ke suatu pelatihan yang
dipimpin oleh seorang motivator terkenal dengan harapan dimotivasi. Dan jika
Anda kebetulan menjadi peserta, Anda tentunya akan terbawa suasana dan menjadi
sangat bersemangat saat itu.
Pernyataan di
atas hanya benar sebagian kecil. Soft skill tidak terbatas pada kemampuan untuk
termotivasi, tetapi lebih-lebih lagi merupakan keterampilan memotivasi diri.
Dalam istilah Neuro-Linguistic Programming (NLP) soft skill merupakan ketrampilan
menggunakan internal representational system secara tepat sehingga kita mampu
berada dalam state (kondisi mental) yang tepat. Hal ini dinyatakan sangat jelas
dalam kalimat presupposition of NLP “there is no unresourceful people only unresourceful
state (tidak ada orang yang tidak berdaya hanya ada orang yang beroperasi
dengan kondisi mental yang tidak berdaya.”
Tidak selamanya
soft-skill tidak terukur, hanya saja umumnya soft skill menjadi landasan
pengaplikasian hard skills. Sebagai contoh menjual sering dianggap sebagai
keterampilan terukur, yaitu hasil penjualannya, misalnya sekian miliar
pertahun. Namun, untuk mencapai hasil tersebut penjual mengaplikasikan soft
skills di antaranya interpersonal skill dan intrapersonal skill.
Interpersonal
skill adalah keterampilan seorang penjual berinteraksi dengan calon pembeli dan
pelanggan, di saat yang sama ia mengaplikasikan soft skill—intrapersonal skill.
Sebagai contoh bagaimana ia secara kecerdasan emosional menghadapi penolakan,
bagaimana ia memompa semangatnya sendiri untuk mengetuk lebih banyak pintu,
menelepon lebih banyak orang dan sebagainya. Di samping itu menjual membutuhkan
keterampilan berkomunikasi dan tentu saja membangun keterampilan ini
mengharuskan orang mempercayai kemampuan diri yang merupakan soft skill.
Mengetahui bagaimana caranya mengoperasikan pesawat telepon merupakan satu hal
namun mengetahui apa yang akan dikatakan dan cara yang tepat mengatakannya
merupakan hal lainnya.
Seorang perawat
tentu saja harus menguasai ilmu keperawatan dan ilmu pengobatan—misalnya. Namun
bagaimana mereka dapat berkonsentrasi penuh dan membuat kinerja tindakan medis
yang trampil & baik, sangat dibutuhkan soft skill seperti motivasi diri,
fokus dan juga kecerdasan emosional.
Bagaimana
dengan seorang supir ambulance? Tentu saja ia harus memiliki ketrampilan
mengendarai mobil & mengetahui kegawatan pasien. Namun ia juga membutuh
soft skill supaya ia dapat berkendara dengan baik dengan tetap memperhatikan
kondisi pasien yang dibawanya, mengantarkan & mengambil/mengevakuasi pasien
sampai tujuan serta termotivasi untuk terus manuver agar tetap melaju berada di
jalanan yang macet. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa, soft skill adalah ketrampilan yang menjadi landasan bagi
hard skill, maka tidak heran orang yang soft skill-nya tidak berkembang
akan mengalami kesulitan mengembangkan hard skill-nya. Dengan demikian hampir
tidak mungkin menguasai suatu keterampilan operasional tanpa memiliki soft
skill.
Banyak
perusahaan dan personal tidak ingin menginvestasikan uang mereka untuk membayar
pelatihan soft skills. Alasan yang sering dikemukakan adalah hasil dari
pelatihan soft skill tidak terukur secara nyata. Selain itu perubahan—kalau pun
ada—bersifat sementara. Sebagai contoh seorang pengusaha yang menghabiskan
puluhan—bahkan ratusan juta rupiah untuk training motivational, menemukan
kenyataan bahwa, staf dan karyawan yang telah mengikuti pelatihan jarang atau
tidak semuanya kembali ke tempat kerja dengan semangat menyala-nyala. Mereka
seperti telah terjangkar dan terjebak dlam monoritmis di lokasi kerja, tidak
bersemangat! Berkeluh-kesah dan tak henti-hentinya menuntut hak-haknya namun
cenderung melalaikan kewajiban-kewajiban.
Jika itu
pendapat Anda, saya sungguh setuju. Terutama bahwa orang bisa terjangkar atau
terasosiasi secara tandem terhadap tempat kerja yang monoritmis sehingga
membosankan serta memicu emosi-emosi negatif, boro-boro bersemangat. Begitu
melihat meja kerja dan tumpukan pekerjaan perasaan enggan mendadak sontak
muncul, semua cerita motivasi tersapu tak bersisa. Sebenarnya keadaan ini
adalah sebuah alasan untuk memberikan training dan meningkatkan soft skills
staf dan karyawan—menciptakan agent of change. Mengapa demikian? Tempat kerja
merupakan aspek lingkungan yang tidak dapat mengubah dirinya guna menyesuaikan
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia di dalamnya. Manusialah yang dapat mengubah
persepsinya atau melakukan tindakan bertujuan memengaruhi lingkungan itu.
Perubahan persepsi akan memampukan orang mendisasosiasi dengan lingkungan yang
memberi dampak negatif. Dengan mind set berbeda pekerjaan yang menumpuk di atas
meja dapat dipersepsi ulang sebagai tantangan yang menimbulkan antusiasme untuk
menuntaskannya. Training yang tepat sasaran membantu para peserta menguasai
kemampuan memotivasi diri dan dengan demikian ia akan menjadi kapabel untuk
terus-menerus mempersepsikan sisi-sisi positif bagi dirinya.
Pengusaha lain
berpendapat lain lagi, seseorang yang bersusah-payah mendapatkan pekerjaan
seharusnya selalu termotivasi untuk bekerja keras dan cerdas serta siap seratus
persen untuk menjalankan tugas dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Tidak
perlu lagi ditraining, apalagi soft skill yang hasilnya tidak terukur.
Betul sekali.
Orang yang berani melamar suatu pekerjaan harus konsisten dengan apa yang
pernah dikatakannya pada saat interview bahwa, ia telah memiliki kapabilitas
menjalankan pekerjaan yang ditawarkan kepadanya. Tetapi pada umumnya yang
dimaksud kapabilitas atau kecakapan adalah keterampilan operasional. Supaya
dapat terus-menerus berkinerja maksimal di bidangnya, orang tidak hanya
membutuhkan hard skills, tetapi juga perlu meningkatkan kapabilitas kecerdasan
emosional dan spiritualnya. Maka ini menjadi suatu alasan pentingnya pelatihan soft skills, yakni
meningkatkan kecerdasan emosional dan spritual. Peningkatan ini akan membawa
dampak positif baginya untuk meningkatkan kinerja kerja. Pada gilirannya tentu
saja karyawan tersebut membawa dampak positif pula bagi perusahaan.
Tidak jarang
para pengusaha mengatakan, “Hei, aku sudah menjalankan perusahaan ini selama
puluhan tahun, dan aku tidak pernah memerlukan pelatihan komunikasi, motivasi,
negosiasi atau si-si lainnya. Kalau ada pegawai yang tidak kompeten ya
dikeluarkan saja dan cari lagi. Di luar sana banyak yang nganggur!” Emang gua
pikirin hal soft skill....????
Apa yang
dikemukakan golongan pengusaha ini tak terbantahkan kebenarannya. Namun dengan
tidak mengembangkan interpersonal dan intrapersonal staf dan karyawan, mereka
memiliki kerugian-kerugian di antaranya adalah:
a) Perusahaan berjalan di tempat dan tidak pernah
mencapai puncaknya disebabkan orang-orang yang bekerja di dalamnya juga
berjalan di tempat.
b) Selain itu ongkos yang dikeluarkan untuk memecat dan
merekrut bisa mencekik leher.
c) Praktek ini juga menguras tenaga dan pikiran serta
emosi yang tidak sedikit.
d) Kerugian terbesar yang dapat ditimbulkan cara pandang
dan praktek ini adalah karyawan bintang akan “pergi dengan suka-rela” sementara
yang dead wood (kartu mati) akan bertahan.
e) Jarang ada rekruit baru berkembang sebab mereka
diceburkan ke dalam lingkungan kerja yang tidak sehat. Akhirnya lingkaran setan
terulang lagi, yang berprestasi akan pergi dan yang ‘memble’ bertahan. Maka di
sinilah alasan ketiga mengapa pelatihan soft skills perlu diberikan kepada para
karyawan bintang agar mereka betah sebab merasa menemukan tempat
bertumbuh-kembang dan dibantu untuk menggali potensi diri semaksimal mungkin.
Kelompok
pengusaha lain akan menyanggah pendapat di atas dan mengatakan biasanya
karyawan itu kalau sudah diberi training-training dan dibina akan “terbang” ke
perusahaan lain yang menawarkan gaji dan remunerasi lebih baik. Tetapi bukankah
ini alasan keempat mengapa pelatihan soft skills perlu diberikan sebab membantu
proses penyeleksian? Staf atau karyawan yang tidak loyal pasti akan pergi cepat
atau lambat. Tentunya semakin cepat mereka pergi semakin baik, sebab memberi
perusahaan kesempatan mendapatkan loyalist sejati. Selain itu juga memberikan
alasan lain pentingnya pelatihan soft skills yaitu direksi atau manajemen akan
mendapatkan feedback bahwa, perusahaan belum menjadi perusahaan yang diincar
atau mendapatkan karyawan berkinerja tinggi, masih dibutuhkan peningkatan
sehingga karyawan bintang dapat dipertahankan.
Alasan berikutnya
adalah mengapa training soft skills diperlukan adalah banyaknya keluhan bahwa,
perusahaan—baik manajemen maupun karyawan overload dan tidak memiliki waktu
untuk rekreasi apalagi training. Kan cape setelah bekerja lembur setiap hari
dari Senin hingga Jumat, Sabtu masih harus mengikuti training? Rekreasi saja
lebih enjoy ! Overload menandakan manajemen waktu—sebetulnya manajemen
aktivitas, pendelegasian tugas—yang tidak efektif sedang berlangsung di
perusahaan. Semua orang, mulai dari jenjang paling tinggi hingga OB merasa
kekurangan waktu dan dibebani tugas yang terlalu banyak. Akibatnya hampir
setiap orang mengalami burn-out, berkeluh-kesah, cepat tersinggung dan tidak
peduli pada kepentingan orang lain.
Alasan klise lain
yang dikemukakan untuk tidak memberikan kesempatan kepada staf dan karyawan
mengembangkan diri adalah: TIDAK ADA BUDGET! TIDAK ADA DANA! Bukan hanya tidak
rela mengeluarkan dana untuk training, bahkan banyak perusahaan berusaha
menghindari menyertakan karyawannya dalam program Jamsostek dan dana pensiun.
Sungguh pernyataan di atas—TIDAK ADA BUDGET/DANA—tidak jarang terdengar. Namun
perusahaan yang memahami dan serius dengan semboyan “karyawan adalah aset yang
berharga”, pasti mencadangkan sejumlah dana untuk training. Jadi alasan keenam
pentingnya pelatihan soft skill disebabkan karyawan adalah aset perusahaan yang
sangat penting.
Setelah keenam
alasan di atas, manajemen masih dipersulit oleh kenyataan terlalu banyaknya
lembaga atau perorangan yang menawarkan training; mulai dari motivational
hingga out-bound training. Selain bingung memilihnya juga banyak yang ternyata
kurang kompeten. Tetapi inilah suatu alasan juga untuk membelanjakan uang
perusahaan dan sangat mudah sebenarnya memilih training yang bermutu dengan
harga terjangkau. Banyaknya lembaga atau perorang yang menawarkan training
justru membuka kesempatan bagi dunia usaha untuk memilih yang terbaik di
antaranya. Namun bagaimana caranya? Inilah beberapa saran memilih trainer yang
bermutu.
1. Trainer
berpengalaman di bidang manajemen dan kepemimpinan. Pengalaman demikian
diperoleh melalui bekerja berpuluh tahun di perusahaan dan industri berbeda.
Pengalaman yang luas memampukan seorang trainer memberikan materi yang tepat
guna dan tetap sasaran. Apapun pertanyaan di seputar manejemen sumber daya
manusia, interaksi yang melibatkan penggunaan soft skill dapat dijawabnya
dengan baik.
2. Pendidikan
yang cukup berarti trainer dan tim trainer paling tidak lulus S1 dan lebih baik
lagi lulus S2 dan S3. Latar-belakang pendidikan mungkin tidak berhubungan
dengan bidang pelatihan soft skill yang diberikannya, namun pendidikan di
perguruan tinggi membuat orang dapat berpikir konseptual lebih baik daripada
yang tidak. Tingkat pendidikan tentu saja tidak membuat orang berbeda secara
harkat dan martabat, tetapi seorang trainer atau pelatih tidak cukup
bermartabat saja ia juga harus kapabel berpikir dan mengajarkan hal-hal yang
konseptual.
3. Kredibilitas
seorang trainer. Apakah trainer atau lembaga training memiliki kredibilitas
yang dapat dipercaya? Trainer yang kredibilitas selalu memberikan lebih
daripada yang diharapkan, ia tidak akan memangkas materi dan jam pelatihan
serta tidak menghindari pertanyaan-pertanyaan yang sulit.
4. Integrasi;
artinya trainer atau lembaga training tersebut melakukan apa yang dikatakannya,
memberikan pelatihan yang tepat sasaran buat perusahaan bukan sekedar
menyampaikan materi yang dikuasainya—kadang-kadang hanya diketahui—saja.
5. Terjangkau;
memang ada harga ada rupa, trainer berpengalaman dan telah memiliki reputasi
baik mengenakan fee yang lebih tinggi, tetapi trainer yang baik mengenakan fee
yang sepantasnya, mungkin saja perusahaan mengeluarkan uang yang banyak, tetapi
mendapatkan nilai-nilai manfaat dan nilai tambah lebih besar lagi.
6. Menguasai
bidang pengembangan sumber daya manusia seperti kecerdasan emosional. Tujuh
tahun terakhir ini banyak sekali trainer yang mengaku dirinya menguasai
Neuro-Linguistic Programming, hipnosis dan segala teknik berbau new age dan
menawarkannya kepada dunia usaha, namun manajemen terutama yang mendapat tugas
mencari trainer atau memilih program training perlu hati-hati. NLP merupakan
bidang pengembangan diri yang luas cakupannya tidak cukup diketahui dan
dijadikan bahan training singkat. Demikian pula hipnosis yang hanya dipelajari
sehari dua hari tidak tepat digunakan untuk mengajari orang lain. Bagaimanapun
trainer merupakan orang luar yang tidak memahami perusahaan Anda sebaik diri
Anda, jadi lakukan interview sebelum mengontrak seseorang untuk pekerjaan
penting.
7. Trainer yang
melakukan riset dan menulis buku. Tentang hal inipun Anda harus jeli, sebab
banyak sekali orang menulis buku dan hal ini tidak secara otomatis menunjukkan
kompetensinya. Bukan hal mustahil menulis buku dari kopas berbagai sumber, dan
tentu saja orang juga dapat membayar orang lain untuk melakukannya.
8.Seringkali
user terjebak dengan alur birokratis hal trainer & lembaga training,
padahal telah jelas regulasi yang mengaturnya, bahwa kecuali taining yang
dianggap kategori kompetensi, maka sebenarnya tak ada regulasi yang mengatur
jelas, bahkan banyak sertifikasi yang sebenarnya secara internasional diakui,
di negeri “rayuan pulau kelapa” tercinta ini justru tidak diakui.
9.Akhirnya
banyak para profesional yang terjebak mencari sekedar selembar kertas yang
penuh dengan konversi satuan kredit profesi (SKP) agar menjadi “gagah & berwibawa”
khususnya menjadi seorang “pegawai negeri” layaknya amtenar para mandor di
jaman kolonial, namun rapuh dalam muatan substansi hard skill, apalagi soft
skill.
Kalimat “sertifikasi”
menjadi gagah dan hingar bingar arogan, namun hanya berakhir dengan selembar
sertifikat, ibarat investasi itu adalah membeli selembar kertas yang penuh cap
dan tanda tangan para “pejabat papan atas”, namun rapuh dalam substansi ilmu
yang tandem.
Tentunya banyak
lagi kriteria-kriteria seorang trainer yang baik. Sangat dianjurkan sebelum
mengundang seseorang lebih baik melakukan pertemuan tatap-muka. Bicarakan
keinginan dan kebutuhan perusahaan lalu amati dengan cermat apakah orang atau
tim tersebut mampu memenuhinya. Amati pula apakah mereka hanya membicarakan apa
yang mereka ketahui atau menawarkan solusi-solusi yang tepat.
Kita
seharusnya menjadi sedih ketika negeri ini bermental “pengemis” yaitu
masyarakat yang enggan bekerja keras, namun ingin secara instan mendapatkan
bertumpuk-tumpuk RUPIAH. Kategori pengemis adalah mulai dari asongan di
perempatan lampu merah, stasiun, terminal bis, atau sudah punya warung kaki
lima di pasar serta beberapa pusat keramaian, bahkan sampai di tataran yang
memiliki kantor bergengsi dengan stelan jas dan berdasi, bahkan memiliki label “pejabat”,
namun akhirnya semua akan kena batunya, tinggal berbeda dalam instansi yang
akan menggiring dan mencekik lehernya. Kalau klas asongan ya dibawah depsos
yang membina, klas kaki lima ditambah bantuan satpol yang menertibkan, kalau
kelas yang berkantor, maka KPK yang menjadi algojo akhir. Hal ini dilatih
dengan gaya ikut pelatihan namun hanya berharap selembar sertifikat agar
dikatakan telah tersertifikasi.....
Nah....
Soft skill is never die... disitulah
muncul serta nampak perannya...
Langganan:
Postingan (Atom)